SELAMAT DATANG DI PT.NESTLE INDOFOOD CITARASA INDONESIA DISTRICT PADANG SIDEMPUAN

Rabu, 29 Juni 2011

BLITZ PASAR HEBOOH

Team Indomarco Adi Prima Area Padang Sidempuan di bawah kordinasi Bapak Yoshe Rizal selaku Sales Manager IAP bekerjasama dengan Principle dari PT.ICBP divisi Noodles, PT.NICI dan PT.Indolakto mengadakan aktivitas "BLITZ PASAR HEBOOH" di pasar Cok Kodok,sabtu 25 Juni 2011.

Menurut Bapak Yoshe Rizal yang juga Kordinator Team "Blitz Pasar Hebooh" mengatakan bahwa kegiatan ini secara rutin sering kami lakukan yang bertujuan untuk mensosialisasikan produk - produk PT.Indomarco ke masyarakat umum. Disamping itu juga untuk mempromosikan produk launching maupun slow moving seperti bumbu magic lezat,intermie, supermi gobang, sarimi isi 2,supermi semur , sabun colek bukrim variant anti kuman dan jeruk nipis agar terbentuk brand image dan demand(permintaan pasar) yang baik di area Padang Sidempuan.
Selain itu juga menurut Bapak Yoshe Rizal kegiatan ini juga sangat positif sekali untuk mempererat dan menjalin kerjasama yang baik antara Team Distributor dengan Principle.










Dalam aktivitas blitz ini Team "BLITZ PASAR HEBOOH" berhasil menjual paket promosi dengan total 332 paket.
Sedangkan tanggapan dari Konsumen mengatakan bahwa Sangat senang dan positif dengan adanya aktivitas promosi ini dan ingin mencoba paket – paket yang di promosikan.

Terimakasih
Salam Sukses
YES ! WE CAN !

Team Padang Sidempuan

Rabu, 22 Juni 2011

Jalan Menuju Surga

Surga beserta segala kenikmatan yang ada di dalamnya, yang sama sekali belum pernah terlihat oleh mata, belum terdengar oleh telinga, dan belum terlintas dalam benak manusia. Jalan menuju surga diantaranya :

1.Beriman dan beramal salih

Allah ta’ala berfirman,
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai…” (Qs. al-Baqarah: 25)

Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah mengatakan,
“Iman adalah ucapan dengan lisan, keikhlasan dengan hati, dan amal dengan anggota badan. Ia bertambah dengan bertambahnya amalan dan berkurang dengan berkurangnya amalan. Sehingga amal-amal bisa mengalami pengurangan dan ia juga merupakan penyebab pertambahan -iman-. Tidak sempurna ucapan iman apabila tidak disertai dengan amal. Ucapan dan amal juga tidak sempurna apabila tidak dilandasi oleh niat -yang benar-. Sementara ucapan, amal, dan niat pun tidak sempurna kecuali apabila sesuai dengan as-Sunnah/tuntunan.” (Qathfu al-Jani ad-Dani karya Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad, hal. 47)

Al-Baghawi rahimahullah menyebutkan riwayat dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu bahwa yang dimaksud amal salih adalah mengikhlaskan amal. Maksudnya adalah bersih dari riya’. Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu mengatakan, “Amal salih adalah yang di dalamnya terdapat empat unsur: ilmu, niat yang benar, sabar, dan ikhlas.” (Ma’alim at-Tanzil [1/73] as-Syamilah)

2. Bertakwa

Allah ta’ala berfirman,
“Bagi orang-orang yang bertakwa terdapat balasan di sisi Rabb mereka berupa surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, begitu pula mereka akan mendapatkan istri-istri yang suci serta keridhaan dari Allah. Allah Maha melihat hamba-hamba-Nya.” (Qs. Ali Imran: 15)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menguraikan jati diri orang bertakwa. Mereka itu adalah orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka. Mereka menjaga diri dari siksa-Nya dengan cara melakukan apa saja yang diperintahkan Allah kepada mereka dalam rangka menaati-Nya dan karena mengharapkan balasan/pahala dari-Nya. Selain itu, mereka meninggalkan apa saja yang dilarang oleh-Nya juga demi menaati-Nya serta karena khawatir akan tertimpa hukuman-Nya (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 119 cet Dar al-’Aqidah 1423 H).

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah, hal. 68 cet. Dar Ibnu ‘Affan 1424 H)

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, salah satu faktor pendorong untuk bisa menumbuhkan ketakwaan kepada Allah adalah dengan senantiasa menghadirkan keyakinan bahwasanya Allah selalu mengawasi gerak-gerik hamba dalam segala keadaannya (Syarh al-Arba’in, yang dicetak dalam ad-Durrah as-Salafiyah, hal. 142 cet Markaz Fajr dan Ulin Nuha lil Intaj al-I’lami)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah memaparkan bahwa keberuntungan manusia itu sangat bergantung pada ketakwaannya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan (yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu beruntung. Dan jagalah dirimu dari api neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Qs. Ali Imron: 130-131).

Cara menjaga diri dari api neraka adalah dengan meninggalkan segala sesuatu yang menyebabkan terjerumus ke dalamnya, baik yang berupa kekafiran maupun kemaksiatan dengan berbagai macam tingkatannya. Karena sesungguhnya segala bentuk kemaksiatan -terutama yang tergolong dosa besar- akan menyeret kepada kekafiran, bahkan ia termasuk sifat-sifat kekafiran yang Allah telah menjanjikan akan menempatkan pelakunya di dalam neraka. Oleh sebab itu, meninggalkan kemaksiatan akan dapat menyelamatkan dari neraka dan melindunginya dari kemurkaan Allah al-Jabbar. Sebaliknya, berbagai perbuatan baik dan ketaatan akan menimbulkan keridhaan ar-Rahman, memasukkan ke dalam surga dan tercurahnya rahmat bagi mereka (Taisir al-Karim ar-Rahman [1/164] cet Jum’iyah Ihya’ at-Turots al-Islami)

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengimbuhkan, bahwa tercakup dalam ketakwaan -bahkan merupakan derajat ketakwaan yang tertinggi- adalah dengan melakukan berbagai perkara yang disunnahkan (mustahab) dan meninggalkan berbagai perkara yang makruh, tentu saja apabila yang wajib telah ditunaikan dan haram ditinggalkan (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 211 cet Dar al-Hadits 1418 H)

Ibnu Rajab rahimahullah menyebutkan riwayat dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, Mu’adz ditanya tentang orang-orang yang bertakwa. Maka beliau menjawab, “Mereka adalah suatu kaum yang menjaga diri dari kemusyrikan, peribadahan kepada berhala, dan mengikhlaskan ibadah mereka hanya untuk Allah.” al-Hasan mengatakan, “Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah kepada mereka dan menunaikan kewajiban yang diperintahkan kepada mereka.” Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib. Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.” Thalq bin Habib rahimahullah berkata, “Takwa adalah kamu melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena mengharapkan pahala dari Allah, serta kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena takut hukuman Allah.” (dinukil dari Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 211 cet Dar al-Hadits 1418 H)


Pokok dan akar ketakwaan itu tertancap di dalam hati. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Pada hakikatnya ketakwaan yang sebenarnya itu adalah ketakwaan dari dalam hati, bukan semata-mata ketakwaan anggota tubuh. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu dikarenakan barang siapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu semua muncul dari ketakwaan yang ada di dalam hati.” (Qs. al-Hajj: 32).

Allah juga berfirman (yang artinya), “Tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah -hewan kurban itu-, akan tetapi yang akan sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari kalian.” (Qs. al-Hajj: 37). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketakwaan itu sumbernya di sini.” Seraya beliau mengisyaratkan kepada dadanya (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).” (al-Fawa’id, hal. 136 cet. Dar al-’Aqidah 1425 H)

Namun, perlu diingat bahwa hal itu bukan berarti kita boleh meremehkan amal-amal lahir, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Petunjuk yang paling sempurna adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara itu, beliau adalah orang yang telah menunaikan kedua kewajiban itu -lahir maupun batin- dengan sebaik-baiknya. Meskipun beliau adalah orang yang memiliki kesempurnaan dan tekad serta keadaan yang begitu dekat dengan pertolongan Allah, namun beliau tetap saja menjadi orang yang senantiasa mengerjakan sholat malam sampai kedua kakinya bengkak. Bahkan beliau juga rajin berpuasa, sampai-sampai dikatakan oleh orang bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berjihad di jalan Allah. Beliau pun berinteraksi dengan para sahabatnya dan tidak menutup diri dari mereka. Beliau sama sekali tidak pernah meninggalkan amalan sunnah dan wirid-wirid di berbagai kesempatan yang seandainya orang-orang yang perkasa di antara manusia ini berupaya untuk melakukannya niscaya mereka tidak akan sanggup melakukan seperti yang beliau lakukan.

Allah ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menunaikan syari’at-syari’at Islam dengan perilaku lahiriyah mereka, sebagaimana Allah juga memerintahkan mereka untuk mewujudkan hakikat-hakikat keimanan dengan batin mereka. Salah satu dari keduanya tidak akan diterima, kecuali apabila disertai dengan ‘teman’ dan pasangannya…” (al-Fawa’id, hal. 137 cet. Dar al-’Aqidah 1425 H)


3. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya


Allah ta’ala berfirman,

“Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (Qs. an-Nisa’: 13)

Allah ta’ala berfirman tentang mereka,
“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman itu ketika diseru untuk patuh kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul itu memutuskan perkara di antara mereka maka jawaban mereka hanyalah, ‘Kami dengar dan kami taati’. Hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. an-Nur: 51)

Allah ta’ala menyatakan,
“Barang siapa taat kepada Rasul itu maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (Qs. An-Nisaa’ : 80)

Allah ta’ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul, ketika menyeru kalian untuk sesuatu yang akan menghidupkan kalian. Ketahuilah, sesungguhnya Allah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya. Dan sesungguhnya kalian akan dikumpulkan untuk bertemu dengan-Nya.” (Qs. al-Anfal: 24)

Ketika menjelaskan kandungan pelajaran dari ayat ini, Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kehidupan yang membawa manfaat hanyalah bisa digapai dengan memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang tidak muncul pada dirinya istijabah/sikap memenuhi dan mematuhi seruan tersebut maka tidak ada kehidupan sejati padanya.

Meskipun sebenarnya dia masih memiliki kehidupan ala binatang yang tidak ada bedanya antara dia dengan hewan yang paling rendah sekalipun. Oleh sebab itu kehidupan yang hakiki dan baik adalah kehidupan pada diri orang yang memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya secara lahir dan batin. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar hidup, walaupun tubuh mereka telah mati. Adapun selain mereka adalah orang-orang yang telah mati, meskipun badan mereka masih hidup. Oleh karena itulah maka orang yang paling sempurna kehidupannya adalah yang paling sempurna di antara mereka dalam memenuhi seruan dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya di dalam setiap ajaran yang beliau dakwahkan terkandung unsur kehidupan sejati. Barang siapa yang luput darinya sebagian darinya maka itu artinya dia telah kehilangan sebagian unsur kehidupan, dan di dalam dirinya mungkin masih terdapat kehidupan sekadar dengan besarnya istijabahnya terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (al-Fawa’id, hal. 85-86 cet. Dar al-’Aqidah)


4. Cinta dan Benci karena Allah


Allah ta’ala berfirman,

“Tidak akan kamu jumpai suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, maupun sanak keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang ditetapkan Allah di dalam hati mereka dan Allah kuatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah sesungguhnya hanya golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. al-Mujadalah: 22)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang mencintai karena Allah. Membenci karena Allah. Memberi karena Allah. Dan tidak memberi juga karena Allah. Maka sungguh dia telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Dawud, disahihkan al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud [10/181] as-Syamilah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada orang tua dan anak-anaknya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ciri keimanan yaitu mencintai kaum Anshar, sedangkan ciri kemunafikan yaitu membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari)

5. Berinfak di kala senang maupun susah

Allah ta’ala berfirman,
“Bersegeralah menuju ampunan Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya di kala senang maupun di kala susah, orang-orang yang menahan amarah, yang suka memaafkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri maka mereka pun segera mengingat Allah lalu meminta ampunan bagi dosa-dosa mereka, dan siapakah yang mampu mengampuni dosa selain Allah. Dan mereka juga tidak terus menerus melakukan dosanya sementara mereka mengetahuinya.” (Qs. Ali Imron: 133-135)

Membelanjakan harta di jalan Allah merupakan ciri orang-orang yang bertakwa. Allah ta’ala berfirman,

“Alif lam mim. Ini adalah Kitab yang tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang beriman kepada perkara gaib, mendirikan sholat, dan membelanjakan sebagian harta yang Kami berikan kepada mereka.” (Qs. al-Baqarah: 1-3)

Syaikh as-Sa’di memaparkan, infak yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup berbagai infak yang hukumnya wajib seperti zakat, nafkah untuk istri dan kerabat, budak, dan lain sebagainya. Demikian juga ia meliputi infak yang hukumnya sunnah melalui berbagai jalan kebaikan. Di dalam ayat di atas Allah menggunakan kata min yang menunjukkan makna sebagian, demi menegaskan bahwa yang dituntut oleh Allah hanyalah sebagian kecil dari harta mereka, tidak akan menyulitkan dan memberatkan bagi mereka. Bahkan dengan infak itu mereka sendiri akan bisa memetik manfaat, demikian pula saudara-saudara mereka yang lain. Di dalam ayat tersebut Allah juga mengingatkan bahwa harta yang mereka miliki merupakan rezki yang dikaruniakan oleh Allah, bukan hasil dari kekuatan mereka semata. Oleh sebab itu Allah memerintahkan mereka untuk mensyukurinya dengan cara mengeluarkan sebagian kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka dan untuk berbagi rasa dengan saudara-saudara mereka yang lain (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [1/30] cet. Jum’iyah Ihya’ at-Turots al-Islami)

6. Memiliki hati yang selamat

Allah ta’ala berfirman,

“Pada hari itu -hari kiamat- tidak bermanfaat lagi harta dan keturunan, melainkan bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (Qs. as-Syu’ara: 88-89)
Abu Utsman an-Naisaburi rahimahullah mengatakan tentang hakikat hati yang selamat, “Yaitu hati yang terbebas dari bid’ah dan tenteram dengan Sunnah.” (disebutkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya [6/48] cet Maktabah Taufiqiyah)

Imam al-Baghawi rahimahullah mengatakan bahwa hakikat hati yang selamat itu adalah, “Hati yang bersih dari syirik dan keragu-raguan. Adapun dosa, maka tidak ada seorang pun yang bisa terbebas darinya. Ini adalah pendapat mayoritas ahli tafsir.” (Ma’alim at-Tanzil [6/119], lihat juga Tafsir Ibnu Jarir at-Thabari [19/366] as-Syamilah)

Imam al-Alusi rahimahullah juga menyebutkan bahwa terdapat riwayat dari para ulama salaf seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibnu Sirin, dan lain-lain yang menafsirkan bahwa yang dimaksud hati yang selamat adalah, “Hati yang selamat dari penyakit kekafiran dan kemunafikan.” (Ruh al-Ma’ani [14/260] as-Syamilah).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Pengertian paling lengkap tentang makna hati yang selamat itu adalah hati yang terselamatkan dari segala syahwat yang menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya. Hati yang bersih dari segala macam syubhat yang bertentangan dengan berita dari-Nya. Oleh sebab itu, hati semacam ini akan terbebas dari penghambaan kepada selain-Nya. Dan ia akan terbebas dari tekanan untuk berhukum kepada selain Rasul-Nya…” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15 cet. Dar Thaibah).

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Hati yang selamat artinya yang bersih dari: kesyirikan, keragu-raguan, mencintai keburukan, dan terus menerus dalam bid’ah dan dosa-dosa. Konsekuensi bersihnya hati itu dari apa-apa yang disebutkan tadi adalah ia memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengannya. Berupa keikhlasan, ilmu, keyakinan, cinta kebaikan dan memandang indah kebaikan itu di dalam hati, dan juga kehendak dan kecintaannya pun mengikuti kecintaan Allah, hawa nafsunya tunduk mengikuti apa yang datang dari Allah.” (Taisir al-Karim ar-Rahman hal. 592-593 cet. Mu’assasah ar-Risalah).

Ibnul Qayyim rahimahullah juga menjelaskan karakter si pemilik hati yang selamat itu, “… apabila dia mencintai maka cintanya karena Allah. Apabila dia membenci maka bencinya karena Allah. Apabila dia memberi maka juga karena Allah. Apabila dia mencegah/tidak memberi maka itupun karena Allah…” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15 cet. Dar Thaibah)

Demikianlah sekelumit yang bisa kami tuangkan dalam lembaran ini. Semoga bermanfaat bagi yang menulis, membaca maupun yang menyebarkannya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Sumber: Abu Mushlih Ari Wahyudi/www.muslim.or.id

Sabtu, 18 Juni 2011

Jangan Marah

Sering kita marah-marah padahal Nabi sangat melarang hal ini. Adakalanya kita berdalih dengan alasan kita melakukannya karena agama. Padahal Allah mengutamakan kebaikan akhlak, bukan kekasaran:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali ‘Imran:159]
Memang ada beberapa kondisi yang mewajibkan kita marah bahkan berperang mengangkat senjata terhadap orang-orang yang sangat zhalim tapi itu ada persyaratan khusus yang biasanya dibahas dalam bab lain khususnya yang berkaitan dengan jihad. Di sini kita akan mempelajari tentang marah.
Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” [HR Bukhari]

Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)
Dari hadits di atas jelaslah seorang yang pemarah bukanlah orang Islam dan juga bukan orang beriman karena orang-orang takut mendekat dan kena marah olehnya.
Abu Musa r.a. berkata, “Mereka (para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, Islam manakah yang lebih utama?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya. “‘[HR Bukhari]

Ketika marah, kita harus bisa menahan diri.

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” Muttafaq Alaihi.
Orang yang suka marah/zhalim pada orang lain niscaya akan merasa kegelapan pada hari kiamat. Ketika listrik mati di malam hari dan gelap tak ada alat penerang kita tidak suka hal itu. Nah kegelapan hari kiamat jauh lebih buruk dari hal itu dan lebih lama:

Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jauhilah kedholiman karena kedholiman ialah kegelapan pada hari kiamat, dan jauhilah kikir karena ia telah membinasakan orang sebelummu.” Riwayat Muslim.
Ketika seseorang minta nasehat, Nabi menjawab “Jangan marah” berulangkali:
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat. Beliau bersabda: “Jangan marah.” Lalu orang itu mengulangi beberapa kali, dan beliau bersabda: “Jangan marah.” Riwayat Bukhari.
Orang yang paling baik akhlaknya yang dekat dengan Nabi. Bukan orang yang pemarah:
Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

Orang yang marah karena diingatkan untuk takwa kepada Allah berdosa besar:
Cukup berdosa orang yang jika diingatkan agar bertaqwa kepada Allah, dia marah. (HR. Ath-Thabrani)

Salah satu penyebab yang paling banyak membuat orang masuk neraka adalah mulut yang suka marah. Meski dia rajin sholat, puasa, zakat dan haji tapi jika suka marah tetap masuk neraka:
Rasulullah Saw ditanya tentang sebab-sebab paling banyak yang memasukkan manusia ke surga. Beliau menjawab, “Ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang baik.” Beliau ditanya lagi, “Apa penyebab banyaknya manusia masuk neraka?” Rasulullah Saw menjawab, “Mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai.”(HR. Muslim)
Sulaiman bin Shurad ra., ia berkata: Dua orang pemuda saling mencaci di hadapan Rasulullah saw. lalu mulailah mata salah seorang dari mereka memerah dan urat lehernya membesar. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku tahu suatu kalimat yang apabila diucapkan, maka akan hilanglah kemarahan yang didapati yaitu “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”. Lelaki itu berkata: Apakah engkau menyangka aku orang gila?. (Shahih Muslim No.4725)
Sering orang marah kepada pembantunya / bawahannya karena dia merasa lebih tinggi sementara pembantunya / bawahannya lebih rendah dan selalu takut kepadanya. Padahal menurut Anas seorang pembantu Nabi, selama 10 tahun dia bekerja dengan Nabi, tak pernah sekalipun Nabi memarahinya meski dia ada salah.
Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah Saw, “Pelayan (pembantu rumah tangga) saya berbuat keburukan dan kezaliman.” Nabi Saw menjawab, “Kamu harus memaafkannya setiap hari tujuh puluh kali.” (HR. Al-Baihaqi)

Biasanya orang marah terhadap pembantu / bawahan karena pekerjaan “kurang/tidak beres”. Padahal Nabi memerintahkan untuk memberi pekerjaan hanya sesuai kemampuan mereka dan jika perlu kita harus membantu mereka jika mereka kesulitan. Allah memberi ganjaran pahala untuk itu:
Apa yang kamu ringankan dari pekerjaan pembantumu bagimu pahala di neraca timbanganmu. (HR. Ibnu Hibban)

Bagi seorang budak jaminan pangan dan sandangnya. Dia tidak boleh dipaksa melakukan pekerjaan yang tidak mampu dilakukannya. (HR. Muslim)
Pelayan-pelayanmu adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka bernaung di bawah kekuasaanmu. Barangsiapa saudaranya yang berada di bawah naungan kekuasaannya hendaklah mereka diberi makan serupa dengan yang dia makan dan diberi pakaian serupa dengan yang dia pakai. Janganlah membebani mereka dengan pekerjaan yang tidak dapat mereka tunaikan. Jika kamu memaksakan suatu pekerjaan hendaklah kamu ikut membantu mereka. (HR. Bukhari)

Allah melarang kita untuk banyak bicara. Apalagi banyak marah. Karena akan menyebabkan kita masuk neraka:
Sesungguhnya Allah melarang kamu banyak omong, yang diomongkan, dan menyia-nyiakan harta serta banyak bertanya. (HR. Asysyihaab)

Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya. (HR. Ath-Thabrani)

Jika marah, diamlah. Kebanyakan penyebab retaknya rumah tangga / keluarga adalah ketika suami/istri marah, mereka tidak diam. Justru melontarkan perkataan yang menyakitkan hati pasangannya. Padahal dengan diam pun pasangan kita tahu kita sedang marah tanpa membuat dia sakit hati karena perkataan kita:

Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)

Jika kita marah, maka pahala kita akan diberikan kepada orang yang kita marahi. Jika pahala kita habis, maka dosa orang yang kita marahi dipindahkan Allah ke kita. Inilah orang yang muflis/bangkrut di akhirat. Dia mengira akan masuk surga karena rajin beribadah, tapi dia juga rajin menzhalimi/memarahi orang lain hingga akhirnya masuk neraka:
Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia. (HR. Ad-Dailami)

Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.” Nabi Saw lalu berkata, ” Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu. Di akhirat orang-orang yang disakitinya menuntut dan mengambil pahalanya sebagai tebusan. Bila pahalanya habis sebelum selesai ganti rugi atas dosa-dosanya maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka.” (HR. Muslim)

Jika kita berbuat salah kepada Allah, begitu kita tobat dan minta ampun kepada Allah, niscaya Allah memaafkan. Tetapi jika kita berbuat salah terhadap manusia, misalnya memarahinya, dosa kita tidak akan diampuni kecuali orang yang kita meminta maaf kepada orang yang kita zhalimi.
Ada satu kisah seorang ayah menyuruh anaknya yang pemarah untuk memaku beberapa paku ke pagar. Meski paku-paku itu dicabut, namun lubang bekas paku itu tetap ada. Begitulah jika kita memarahi orang. Meski kita sudah minta maaf, namun bekas luka di hati orang yang kita marahi akan tetap ada.

Kita harus yakin bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar. Sehingga Allah mengetahui jika kita sedang menzhalimi seseorang. Kita juga harus yakin bahwa segala ucapan dan tindakan kita selalu dicatat oleh dua malaikat, yaitu Roqib dan ‘Atid dan akan dihitung di hari Kiamat nanti. Oleh sebab itu hindarilah segala ucapan dan perbuatan yang buruk.

Jangan mencaci/menghina orang lain dengan sebutan yang anda sendiri tidak suka:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (maksudnya saudaramu) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan…” [Al Hujuraat:11]

Tips agar tidak marah:

• Baca ta’awudz (a’udzubillahi minasy syaithoonir rojiim) sebab setan membisikkan manusia untuk berbuat dosa termasuk marah. Berlindunglah terhadap Allah.
• Bersabarlah. Tahan kemarahan anda
• Diamlah
• Jika anda berdiri, duduklah.
• Jika masih marah, berwudlu-lah
• Jika terpaksa bicara, beritahu cara yang benar. Misalnya: Kalau melakukan ini caranya begini sambil memperagakannya. Jangan panjang-panjang cukup 2x. Kalau kesalahan masih terulang, ulangi lagi nasehat tersebut. Hindari menggelari orang dengan sebutan yang anda sendiri tidak suka seperti bodoh, dan sebagainya.

Jumat, 17 Juni 2011

Sedekah Bisa Menjadi Obat Bagi Penyakit Anda!

Rasulullah SAW bersabda :

دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ
“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Baihaqi)
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَ مَالِهِ وَ نَفْسِهِ وَ وَلَدِهِ وَ جَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar makruf nahi munkar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah kisah-kisah nyata yang akan membuat semua orang beriman terpana. Betapa sedekah memiliki keajaiban tiada tara. Namun, mengapa masih banyak orang yang tidak gemar melakukannya?
Baca dulu kisahnya, dan semoga akan segera tergugah jiwa Anda. Bagi saudaraku yang masih terbaring sakit, walaupun Anda mungkin masih menjalani pengobatan medis, tak mengapa, tetaplah bersedekah. Dengan keikhlasan niat dan kemantapan iman, sedekah yang Anda keluarkan itu insya’ Allah akan mempercepat kesembuhan Anda. Simak baik-baik kumpulan kisah nyata di bawah ini!

Bisul di Wajahnya Sirna

Disebutkan di dalam kitab Shahihut Targhib wat Tarhib 964 M, dari Imam Baihaqi v, bahwa ia berkata, “Ada kisah Syaikh Hakim Abi ‘Abdillah , bahwa ia memiliki bisul di wajah dan telah diobati dengan berbagai macam obat, tapi tak kunjung sembuh juga. Sudah hampir satu tahun lamanya bisul tersebut menghinggapi wajahnya. Kemudian ia meminta kepada Ustadz Imam Abu ‘Utsman Ash-Shobuni untuk mendoakannya di majelis beliau pada hari Jumat. Beliau pun mendoakannya dan diamini oleh banyak orang.

Pada hari Jumat berikutnya ada seorang wanita yang menyampaikan selembar surat yang mengatakan bahwa sesampainya di rumah, ia kemudian bersungguh-sungguh dalam mendoakan Hakim Abu ‘Abdillah pada malam harinya. Lalu dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah n yang seakan-akan bersabda kepadanya, “Katakan kepada Abu ‘Abdillah agar melapangkan air bagi kaum muslimin.” Kemudian aku membawa surat tersebut kepada Hakim. Lalu Hakim memerintahkan agar membuat galian di depan pintu rumahnya. Setelah galian tersebut selesai dikerjakan, beliau memerintahkan agar memenuhi galian tersebut dengan air dan kerikil. Orang-orang pun mulai mengambil air tersebut untuk minum. Tidak sampai satu pekan, tanda-tanda kesembuhan telah nampak pada Abu ‘Abdillah. Maka wajahnya telah kembali tampan seperti sedia kala. Setelah peristiwa itu beliau masih hidup selama beberapa tahun.[1]


Galilah Sumur, dan Sakitmu Akan Sembuh


Di dalam Siyar A’lamin Nubala’ 8/407 disebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada ‘Abdullah bin Mubarak v tentang luka bernanah (bisul) yang keluar dari lututnya sejak tujuh tahun yang lalu. Ia telah mengobatinya dengan berbagai macam obat dan banyak bertanya kepada para dokter, tetapi belum sembuh juga. Maka beliau pun menjawab, “Pulanglah, lalu galilah sumur di tempat orang-orang yang membutuhkan air. Sesungguhnya aku berharap akan keluar mata air di sana, dan darahmu akan berhenti.” Lelaki itu pun melaksanakan perintah Ibnul Mubarok, maka ia pun sembuh.[2]


Penyakit Kanker Sembuh Dengan Sedekah


Disebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang mengidap penyakit kanker. Ia sudah berkeliling dunia untuk mencari obat, namun ia belum mendapatkannya. Maka, ia pun bersedekah kepada ibu anak yatim, sehingga Allah memberikan kesembuhan kepadanya.[3]

Sembuh Karena Berinfak kepada Anak Yatim


Ada seorang wanita yang tinggal di Arab Saudi bercerita, “Aku menderita penyakit kanker beberapa tahun, dan aku yakin maut telah mendekat. Aku menginfakkan penghasilanku dari menjadi tukang bordir kepada anak-anak yatim. Setiap harta yang aku infakkan kepada mereka, maka Allah membalasku dengan berlipat ganda, dan akhirnya Dia memberikan kesembuhan dari penyakitku, karena disebabkan infakku kepada anak-anak yatim.”[4]

Wanita Mandul Itu Bisa Hamil


Ada seorang wanita yang mendapat cobaan dengan kemandulan, ia tak dikaruniai anak. Para dokter telah berputus asa dari kemungkinan ia bisa hamil, dan bahwa penyakit itu memang tidak ada obatnya. Maka, Allah Ta’ala memberikan taufik kepadanya agar ia bersedekah kepada seorang wanita fakir. Sesudah ia bersedekah kepada wanita itu, ia meminta kepadanya agar mendoakan dirinya dikaruniai anak shalih. Setelah berlalu tiga bulan, wanita itu pun mengandung dua anak kembar!![5]

Penglihatannya Kembali Normal Seperti Sedia Kala


Seorang anak kecil bermain bersama saudaranya, tangannya membawa pisau. Tiba-tiba saja, ia memukulkan pisau tersebut ke mata saudarinya. Dengan cepat saudarinya tersebut dilarikan ke rumah sakit. Kemudian ia dipindahkan ke Riyadh. Setelah diperiksa dan dirongent, tim dokter memutuskan bahwa harapan kornea matanya bisa kembali normal amat tipis, sehingga sangat mustahil ia bisa melihat kembali seperti sedia kala.

Suatu hari sang ibu yang menemani anak perempuannya (yang sedang sakit) tersebut teringat tentang keutamaan sedekah. Maka, ia meminta kepada suaminya agar membawakan batangan emas yang dimilikinya, di mana ia tidak memiliki kekayaan selain barang tersebut. Ia ingin mensedekahkannya, meski sebenarnya secara materi ia juga kekurangan. Ia berdoa kepada Allah seraya berucap, “Wahai Robbku, Engkau tahu bahwa aku tidak memiliki harta selain barang itu, maka jadikanlah sedekahku ini sebagai sarana kesembuhan anak putriku ini.”

Keesokan harinya dokter datang untuk kembali memeriksa anak tersebut, ternyata perkataan dokter tetap seperti kemarin, anaknya tidak ada harapan sembuh. Beberapa hari kemudian, datang dokter lain dan memeriksanya, ia berpikir dan memperhatikan dengan cermat. Tiba-tiba saja, dokter itu menginstruksikan untuk mengadakan operasi. Ternyata operasi itu berhasil, semata-mata karena karunia Allah. Al-hamdulillah, akhirnya sang anak perempuan itu bisa kembali ke rumahnya dengan selamat, tanpa ada sedikit pun bekas luka di wajahnya, dan penglihatannya kembali normal seperti sedia kala.[6]

Putrinya Sembuh Lantaran Sedekah


Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj –-semoga Allah memberinya taufik–, bahwa seseorang telah bercerita kepada Syaikh perihal kisah ajaib yang dialaminya, ia mengatakan, “Aku memiliki anak perempuan yang masih kecil, yang terkena penyakit di tenggorokannya. Aku telah pergi bersamanya ke beberapa rumah sakit dan telah membeberkan jenis penyakit yang dialami anakku kepada banyak dokter, namun semuanya tidak bermanfaat. Sakitnya menjadi semakin bandel. Aku hampir saja ikut sakit lantaran memikirkan sakit anakku, yang menjadikan semua anggota keluarga tak bisa tidur. Kami telah menempuh langkah-langkah untuk meringankan sakitnya, hingga akhirnya kami merasa putus asa dari semua itu, kecuali dari rahmat Allah Ta’ala.

Sampai suatu ketika datanglah secercah harapan dan terbukalah pintu solusi. Ada seorang yang shalih menghubungiku dan mengingatkanku akan hadits Nabi n :

دَوُّوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Aku berkata kepadanya, “Sungguh, aku telah banyak bersedekah.” Ia kembali berkata, “Bersedekahlah saat ini dengan niat agar putrimu mendapatkan kesembuhan.” Akhirnya, aku pun bersedekah dengan dilandasi kerendahan hati kepada salah seorang fakir, namun segala sesuatunya tak ada perubahan. Aku menginformasikan hal ini kepada orang shalih itu, dan ia berkata, “Anda termasuk orang yang memiliki banyak harta. Hendaklah sedekahmu seukuran dengan hartamu.”

Aku pun pergi untuk kedua kalinya, dan mobilku kupenuhi dengan beras, ayam dan barang yang baik-baik dalam jumlah yang besar, lalu kubagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka pun bergembira dengan sedekahku. Dan subhanallah, tiba-tiba putriku menjadi sembuh total, alhamdulillah.

Aku yakin bahwa sedekah merupakan faktor penyebab kesembuhan yang terbesar. Sekarang, berkat anugerah Allah, putriku selama tiga tahun ini tidak pernah terkena penyakit apa pun. Sejak itulah aku memperbanyak sedekahku, khususnya pada waktu-waktu yang baik. Dan, aku setiap hari merasakan kenikmatan, keberkahan dan kesehatan dalam hal harta dan keluargaku. Aku pun menasihati setiap orang yang sakit agar bersedekah dengan harta yang paling berharga yang ia miliki. Hendaknya ia ulangi sedekahnya itu, niscaya Allah Ta’ala pasti akan menyembuhkannya. Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”[7]

Emas yang Disedekahkan Membawa Kesembuhan Anaknya


Seorang pemuda masuk ke rumah sakit karena penyakit parah yang dideritanya -–semoga Allah memberikan keselamatan dan kesehatan kepada kita dan menyembuhkan kaum muslimin yang sedang sakit-–. Setelah diperiksa, tim dokter menetapkan bahwa harapannya untuk sembuh sangat tipis. Dokter berkata kepada sang ibu yang menemaninya, “Penuhilah keinginan-keinginannya, sepertinya ia tidak mempunyai harapan sembuh lagi, namun Allohlah yang paling mengetahui.”

Sang ibu sangat terpukul dengan informasi tersebut. Ia teringat dengan belahan hatinya, ia khawatir jangan-jangan harus berpisah dengannya selama-lamanya. Maka, ia pun menjual semua emas yang dimilikinya, kemudian mensedekahkan seluruh uang hasil penjualannya. Beberapa hari kemudian, dokter memberitahukan kepada sang ibu bahwa anaknya ada harapan untuk sembuh, dan keadaannya membaik sedikit demi sedikit. Akhirnya beberapa hari kemudian, keluarlah pemuda itu dari rumah sakit dalam keadaan sehat wal afiat. Semuanya memuji kepada Allah l atas kesembuhan dan kasih sayang-Nya.[8]

Terkena ‘Ain, Sembuh Dengan Sedekah


Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj mengatakan bahwa ada seseorang bercerita kepadanya, orang itu berkata, “Saudaraku pergi ke suatu tempat, lalu berhenti di salah satu jalan. Tatkala sampai di tempat itu, ia tidak mengeluhkan apa pun, namun tiba-tiba ia jatuh pingsan, seperti terkena tembakan senapan di kepalanya. Kami memprediksi bahwa ia terkena penyakit ‘ain atau mengidap penyakit tumor atau terjadi pembekuan pada pembuluh darah di otak.

Kami segera pergi ke beberapa rumah sakit dan klinik pengobatan, lalu ia diperiksa dan dirontgen. Hasil pemeriksaan mengatakan bahwa kepalanya sehat, namun ia terus mengeluhkan rasa sakit di saat akan tidur, sehingga ia sering memilih untuk tidak tidur. Namun, di saat yang lain ia merasa sehat.

Apabila sakitnya kambuh, ia tak mampu bernafas dan berbicara. Syaikh Sulaiman pun berkata, “Apakah Anda memiliki harta yang bisa kami sedekahkan untukmu, semoga Allah menyembuhkanmu!” Ia menjawab, “Ya. Saya memiliki harta kira-kira jumlahnya 7.000 riyal.” Maka, sang Syaikh segera menghubungi seorang yang shalih yang mengetahui keadaan orang-orang miskin, untuk membagi-bagikan sedekah itu kepada mereka.
Orang itu berkata, “Aku bersumpah demi Allah yang Maha Agung, bahwa saudaraku itu sembuh dari sakitnya pada hari yang sama sebelum harta itu sampai ke tangan orang-orang miskin!! Dan, aku benar-benar tahu bahwa sedekah memang memiliki pengaruh yang besar dalam pengobatan berbagai penyakit.”[9]

Penyakit Demam Tak Berdaya Melawan Sedekah


Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj mengatakan bahwa kisah ini diceritakan oleh pelakunya sendiri, orang itu berkata kepada Syaikh, “Anakku mengeluhkan penyakit demam dan panas, serta ia tak mau makan. Aku pun pergi bersamanya ke beberapa klinik pengobatan, namun panasnya tak kunjung turun dan keadaannya semakin memburuk.
Aku masuk ke dalam rumah disertai perasaan gelisah, tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Isteriku berkata kepadaku, “Hendaklah kita bersedekah untuknya.” Aku pun segera menghubungi via telepon seseorang yang memiliki jalinan hubungan dengan orang-orang miskin, aku berkata kepadanya, “Aku berharap Anda mau shalat ‘Ashar di masjid, dan mau mengambil dari tempatku 20 kantong beras dan 20 boks ayam, lalu hendaklah Anda membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.”

Aku bersumpah demi Allah, tidak sampai lima menit sesudah aku menutup gagang telepon, tiba-tiba anakku telah berlari-lari, bermain-main, berlompatan di atas sofa, dan makan-makan hingga kenyang, serta ia telah sembuh total berkat karunia Allah dan selanjutnya berkat keutamaan sedekah. Dan, aku berpesan kepada orang banyak agar memberikan perhatian kepada sedekah, saat terkena berbagai penyakit.”[10]

Sedekah Mengobati Penyakit Jiwa


Ada seorang wanita yang menderita penyakit jiwa yang parah. Salah seorang kerabatnya bangkit dan segera bersedekah dengan meniatkan kesembuhan untuknya kepada seorang yang shalih namun fakir yang menanggung beban hidup dua keluarga, dan ia meminta agar orang shalih itu mendoakan saudaranya. Maka, Allah pun menyelamatkan wanita itu dari bala’, dan sedekah itu menjadi penyebab kesembuhannya.

Saudara yang bersedekah itu mengatakan, “Demi Allah, tidak ada seorang pun dari keluargaku yang tahu tentang sedekahku. Sesungguhnya aku ingin menjadikan sedekah itu ikhlas untuk menggapai keridhaan Allah Ta’ala.” Segala puji bagi Allah, yang telah menyembuhkan kerabatnya dari penyakit jiwa yang dideritanya.[11]

Sakitnya Hilang Tanpa Bekas


Ada seorang wanita yang mengalami gagal ginjal -–kita memohon kepada Allah, semoga Dia memberikan keselamatan, kesehatan, dan kesembuhan bagi kaum muslimin yang sakit–. Ia sudah berulang kali memeriksakan dan mengobatkan sakit yang dideritanya tersebut. Akhirnya, ia mencari-cari sekiranya ada orang yang mau merelakan ginjalnya untuk disumbangkan kepada dirinya, ia siap membayar dengan uang sejumlah 20.000 riyal.

Tersebarlah berita tersebut di kalangan orang-orang ketika itu, hingga ada salah seorang wanita yang mendengar kabar tersebut yang akhirnya langsung menuju ke rumah sakit untuk mendonorkan ginjalnya. Ia menyetujui seluruh ketentuan-ketentuan yang diajukan kepadanya sebelum menjalani operasi. Di hari yang telah ditentukan, perempuan yang sakit tersebut menemui sang pendonor, ternyata ia sedang menangis. Karena heran melihat keadaannya, ia pun bertanya, “Apakah Anda merasa terpaksa dan keberatan dengan operasi yang akan Anda jalani?” Wanita pendonor itu berkata, “Sebenarnya tidak ada yang mendorongku untuk mendonorkan ginjalku selain kemiskinan yang menimpa diriku dan karena aku sangat membutuhkan uang.”

Wanita pendonor itu kembali menangis tersedu-sedu, maka wanita yang sedang sakit itu menenangkannya dengan mengatakan, “Silahkan engkau ambil uang ini, dan aku tidak menghendaki sesuatu pun darimu…”. Beberapa hari kemudian perempuan yang sakit tersebut kembali ke rumah sakit. Ketika tim dokter memeriksa penyakitnya, begitu terkejutnya mereka, karena tidak mendapati sedikit pun bekas sakit pada dirinya. Al-hamdulillah, ternyata Allah l telah menyembuhkannya.[12]

Sudah Masuk Ruang ICU, Mendadak Sembuh


Ada seorang wanita masuk ruang ICU (unit gawat darurat) karena penyakit parah yang dideritanya. Beberapa muhsinin (orang-orang yang suka berbuat kebaikan) mengetahui keadaannya, maka mereka pun menyembelih seekor unta dan meniatkan pahalanya untuk si wanita tersebut. Setelah itu, mereka mensedekahkan daging unta tersebut kepada para keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengharap pahala dari Allah l. Beberapa hari kemudian, akhirnya Allah memberikan kesembuhan kepada wanita tersebut. Hanya bagi Allohlah segala pujian dan karunia.[13]

Sedekah Menolak Gangguan Sihir

Dikisahkan, ada beberapa wanita yang berbincang-bincang tentang keajaiban sedekah. Dan, belum selesai para wanita itu membicarakan tentang keutamaan sedekah, tiba-tiba salah seorang wanita yang ada di antara mereka –-yang sedang terkena sihir– melepas kalungnya yang mahal harganya. Kalung itu kemudian ia berikan kepada salah seorang temannya agar dijual dan uangnya diberikan kepada para keluarga miskin.

Ketika temannya tersebut pergi ke tempat penjual emas dan sang penjual ingin menimbangnya, maka sang penjual mengeluarkan mata batu yang terletak di tengah kalung tersebut. Sang penjual begitu terheran-heran dan kebingungan dengan apa yang dilihatnya. Karena ia menyaksikan ada buhul sihir di dalam mata batu kalung itu. Sang penjual kemudian mengeluarkannya, dan alhamdulillah, akhirnya sembuhlah perempuan pemilik kalung tersebut dari penyakit yang selama ini dideritanya.[14]

Suami Bersedekah Emas, Isterinya Sembuh Seketika

Seorang dokter menelepon suami seorang wanita yang sedang terbaring sakit di sebuah rumah sakit. Dokter itu memberitahukan bahwa istrinya sedang mengalami masa kritis, dan dari tinjaun medis harapan untuk sembuh sangatlah tipis. Sang suami sangat terpukul dengan berita tersebut. Maka ia segera bergegas mengeluarkan sedekah berupa emas milik istrinya. Setelah itu, ia pergi ke rumah sakit. Beberapa saat kemudian, sang dokter memberitahukan kepadanya bahwa beberapa saat yang lalu (yakni saat bersamaan waktu sang suami bersedekah), nampak tanda-tanda membaik dan kesembuhan pada diri sang istri. Kemudian ia dipindahkan dari ruang ICU ke kamar perawatan biasa. Beberapa hari kemudian, ia telah keluar dari rumah sakit tersebut. Segala puji bagi Allah, Pemilik Keutamaan dan Kebaikan.

Gigi Gerahamnya Sembuh Total


Seorang juru dakwah wanita yang terkenal bercerita, “Aku berada di Al-Haram sejak beberapa tahun yang lalu. Suatu ketika gigi gerahamku sakit, yang aku agak terlambat dalam mengobatinya. Aku bahagia dengan keberadaanku di Al-Haram dan aku ingin menyibukkan diri dengan Al-Quran. Akan tetapi, jikalau penyakit itu terus terjadi, maka aku akan pergi ke dokter dan aku akan meluangkan waktuku.

Terlintas dalam benakku sebuah pikiran untuk menolak penyakit ini dengan sedekah. Akhirnya, aku pun bersedekah kepada seorang anak perempuan di Al-Haram. Demi Allah, hanya dalam waktu singkat, penyakitku menjadi sembuh. Dan sejak itu hingga waktu ini, aku tidak lagi membutuhkan dokter untuk mengobati penyakitku ini, karena penyakit itu tidak pernah lagi menyerangku.[15]

Diprediksi Mati, Allah Menyelamatkannya Dengan Sekedah


Syaikh ‘Abdul Hadi Badlah, Imam Masjid Jami’ur Ridhwan di Halab Syiria, pernah bercerita, “Di awal pernikahanku, Allah telah menganugerahkan kepadaku anak yang pertama. Kami sangat bergembira dengan anugerah ini. Akan tetapi, Allah l berkehendak menimpakan penyakit yang keras kepada anakku. Pengobatan seakan tak berdaya untuk menyembuhkannya, keadaan sang anak semakin memburuk, dan keadaan kami pun menjadi buruk karena sangat bersedih memikirkan keadaan buah hati kami dan cahaya mata kami. Kalian tentu tahu, apakah artinya anak bagi kedua orang tuanya, terutama ia adalah anak yang pertama!!

Perasaan buruk itu menyeruak di dalam hati, karena kami merasa tak berdaya memberikan pengobatan bagi penderitaan anak kami!!
Sehatnya kita memang merupakan perintah Allah dan ketentuan-Nya, namun kita memang harus mengambil langkah-langkah pengobatan dan tidak meninggalkan kesempatan atau sarana apa pun untuk mengobatinya.

Seorang yang baik menunjukkan kepada kami adanya seorang dokter yang berpengalaman dan terkenal, maka aku pun pergi bersama anakku kepadanya. Anakku mengeluhkam demam yang sangat tinggi, dan dokter itu berkata kepada kami, “Apabila panas anak Anda tidak turun malam ini, maka ia akan meninggal esok hari!!”
Aku kembali bersama sang anak dengan kegelisahan yang memuncak. Sakit menyerang hatiku, hingga kelopak mataku tak mampu terpejam tidur. Aku pun mengerjakan shalat, lalu pergi dengan wajah muram durja meninggalkan isteriku yang menangis sedih di dekat kepala anakku.

Aku terus berjalan di jalanan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat untuk anakku!! Tiba-tiba aku teringat dengan sedekah, dan ingat dengan hadits Rasulullah n, tatkala beliau bersabda, “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” Namun, siapa yang akan aku temui di waktu malam seperti ini. Aku bisa saja mengetuk pintu seseorang dan bersedekah kepadanya, tapi apa yang akan ia katakan kepadaku jika aku melakukan hal itu?

Tatkala aku berada dalam kondisi bimbang seperti itu, tiba-tiba ada seekor kucing lapar yang mengeong di kegelapan malam. Aku menjadi ingat dengan sabda Rasulullah n tatkala ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?” Beliau n menjawab, “Di dalam setiap apa yang bernyawa ada pahalanya” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Aku pun segera masuk ke rumahku, mengambil sepotong daging, dan memberi makan kucing itu.

Aku menutup pintu belakang rumahku, dan suara pintu itu bercampur dengan suara istriku yang bertanya, “Apakah engkau telah kembali kepadaku dengan cepat?” Aku pun bergegas menuju ke arahnya. Dan, aku mendapatkan wajah isteriku telah berubah, dari permukaan wajahnya telah menyiratkan kegembiraan!

Ia berkata, “Sesudah engkau pergi, aku tertidur sebentar masih dalam keadaan duduk. Maka, aku melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan!!”
Dalam tidurku, aku melihat diriku mendekap anakku. Tiba-tiba ada seekor burung hitam yang besar dari langit yang terbang hendak menyambar anak kita, untuk mengambilnya dariku. Aku menjadi sangat ketakutan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat? Tiba-tiba muncul kepadaku seekor kucing yang menyerang secara dahsyat burung itu, dan keduanya pun saling bertempur. Aku tidak melihat kucing itu lebih kuat daripada burung itu, karena si burung badannya gemuk. Namun akhirnya, burung elang itu pun pergi menjauh. Aku terbangun mendengar suaramu ketika datang tadi.

Syaikh ‘Abdul Hadi berkata, “Aku tersenyum dan merasa gembira dengan kebaikan ini. Melihat aku tersenyum, isteriku menatap ke arahku dengan terheran-heran.”
Aku berkata kepadanya, “Semoga semuanya menjadi baik.”

Kami bergegas mendekati anak kami. Kami tak tahu siapa yang sampai terlebih dulu, tatkala penyakit demam itu sirna dan sang anak mulai membuka matanya. Dan, pada pagi hari berikutnya, sang anak telah bermain-main bersama anak-anak yang lain di desa ini, alhamdulillah.

Sesudah Syaikh menyebutkan kisah menakjubkan ini, anak tadi -–yang telah menjadi pemuda berumur 17 tahun, serta telah sempurna menghafalkan Al-Quran dan menekuni ilmu syar’i–, ia menyampaikan nasihat yang mendalam kepada kaum muslimin di masjid orang tuanya, Masjid Ar-Ridhwan di Halb, di salah satu malam dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah.[16]

Sumber : Buku “Berobat Dengan Sedekah”, karya Muhammad Albani, Penerbit Insan Kamil, Solo, Cet. X, Juni 2009

Footnote :
[1] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 41-42.
[2] Ibid, hal. 36-37.
[3] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[4] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah, dengan beberapa perubahan redaksional.
[5] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[6] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 48-49.
[7] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[8] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 53.
[9] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[10] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[11] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[12] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 56.
[13] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 56.
[14] Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 57.
[15] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.
[16] Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah.

sumber: http://tiketsurga.wordpress.com/2009/06/14/kisah-kisah-keajaiban-sedekah-dalam-menyembuhkan-berbagai-penyakit/

10 Perilaku Seksual Akibat Facebook

Kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook, Friendster atau Twitter sedikit banyak telah mengubah perilaku dan gaya hidup sebagian besar masyarakat.




Pengaruh luar biasa dari jejaring sosial dunia maya ini juga telah merasuk dalam kehidupan pribadi para penggunanya, termasuk perilaku berhubungan dengan orang lain.

Menurut hasil sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat, jejaring Facebook yang saat ini merupakan situs yang paling banyak diakses telah mengubah banyak aspek perilaku, khususnya terkait dengan cara menjalin hubungan dengan pasangan.

Ada banyak temuan menarik dari hasil survei terhadap sekitar 3.000 pengguna ini. Sebanyak 1.377 pria dan 1.540 wanita menjadi target dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa temuan penting dari penelitian ini :

1. Tak jujur dalam status

24 persen facebookers tidak memasang status relationship mereka sejujurnya. Dengan begitu, mereka lebih menyukai 'opsi terbuka' pada kemungkinan selingkuh atau meneruskan flirtingdengan orang lain. Tercatat 27 persen pengguna tidak memasang status hubungan sama sekali, dan setengah dari mereka masih melajang.

2. Sarana Flirting

70 persen pengguna mengaku memanfaatkan Facebook untuk merayu atau menggoda teman. Sebanyak 24 persen si penggoda ini mengunakan jejaring sosial untuk merayu orang lain ketimbang pasangannya sendiri.

3. Membakar cemburu

59 persen mengaku sering cemburu karena pasangannya berhubungan dengan orang lain di Facebook. Hasil penelitian Amy Muise Ph.D dari University of Guelph, mengindikasikan, Facebook berkontribusi memicu kecemburuan, bahkan pada orang yang sebenarnya tidak punya kecenderungan atau sifat cemburuan.

4. Bencana posting wall

29 persen mengatakan bahwa kiriman pesan di dinding (wall) atau foto dapat menimbulkan masalah dengan pasangan. Sebanyak 42 persen mengatakan, mereka mendapat keluhan dari pasangannya, dan 11 persen dari yang disurvey menempatkan pasangan mereka pada profil terbatas sehingga tak dapat mengakses atau melihat semua aktivitas yang dilakukannya di Facebook (baik kiriman di wall, kementar atau foto).

5. Pilih teman yang menarik

55 persen facebooker mengirim friend request kepada seseorang yang mereka anggap menarik dan penting. Sebanyak 23 persen mengirim ajakan teman pada orang tak dikenal tetapi berpenampilan menarik.

6. Cari mantan kekasih

85 persen pengguna mencari dan menelusuri mantan kekasihnya melalui Facebook. Sekitar 17 persen dari mereka selalu mengecek halaman mantan kekasihnya, setidaknya sekali dalam seminggu.

7. Mengintai pacar atau eks pacar

59 persen facebooker selalu 'mengintai' profil pasangannya atau mantan kekasihnya, mencari petunjuk tentang hubungan mereka dengan orang lain. Apakah Anda juga termasuk pengintai?

8. Cinta lama bersemi kembali

32 persen wanita mencoba menjalin kembali hubungan dengan kekasihnya di Facebook. Sekitar 16 persen dari wanita ini berstatus sedang menjalin hubungan dengan seseorang. Bagaimana dengan pria? Sekitar 36 persen pria mencoba menjalin kembali dengan mantannya melalui Facebook; 1 dari 5 pria ini mengaku sedang menjalin hubungan. Sementara itu sekitar 3 persen responden mengakhiri hubungannya dengan membatalkan status hubungan melalui Facebook.


9. Membobol akun pasangan

23 persen responden mengaku pernah membobol atau nge-hack akun pasangannya di Facebook * Sebanyak 18 persen responden mengaku tahu password pasangannya, sekitar 85% persen mengaku diberitahu password-nya, 16% menebak password-nya, dan 9% responden sengaja nge-hack akun Facebook pasangan.

10. Ajang selingkuh

Sebanyak 5 persen responden mengaku berselingkuh dengan orang lain. Bagaimana mereka berselingkuh lewat Facebook? Para responden memberikan sejumlah alasan ;

- "Saya bosan dengan hubungan selama ini. Rayuan-rayuan di Facebook memutuskan saya untuk berselingkuh."

- "Saya pernah bertemu bahkan tidur dengan dua lelaki yang saya kenal di Facebook."

- "Ya, saya berselingkuh dengan seseorang yang saya temui di Facebook (teman selingkuh saya adalah mutual friend dan satunya lagi teman dekat)."

- "Saya membuat rencana-rencana untuk bertemu melalui pesan di Facebook."

- "Ada seorang lelaki yang pernah saya kenal selama bertahun-tahun. Walau saya berkencan dengan orang lain ketika itu seperti halnya yang dia lakukan, kami masih sering kontak melalui Facebook— semisal merancang pertemuan, mengekspresikan perasaan satu sama lain dsb ."

- "Saya menggunakan pesan pribadi untuk merancang pertemuan dengan mantan."


Sumber: http://shevenone.blogspot.com/2010/12/10-perilaku-seksual-akibat-facebook.html

Selasa, 14 Juni 2011

Bersetubuh Di Saat Haidh

Haramnya Menyetubuhi Wanita Haidh

Para ulama sepakat bahwa menyetubuhi wanita haidh di kemaluannya dihukumi haram.
Allah Ta’ala berfirman,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)

Dari Anas bin Malik disebutkan bahwa orang Yahudi biasanya ketika istri-istri mereka haidh, mereka tidak makan bersamanya dan tidak kumpul-kumpul dengan istrinya di rumah. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akhirnya menanyakan tentang hal itu. Allah Ta’ala lantas menurunkan ayat di atas. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اصْنَعُوا كُلَّ شَىْءٍ إِلاَّ النِّكَاحَ
“Lakukanlah segala sesuatu selain jima’ (hubungan badan).” (HR. Muslim no. 302)

Imam Nawawi rahimahullah berkata,
أجمع المسلمون علي تحريم وطئ الحائض للآية الكريمة والاحاديث الصحيحة
“Kaum muslimin sepakat akan haramnya menyetubuhi wanita haidh berdasarkan ayat Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.” (Al Majmu’, 2/359)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَوَطْءُ النُّفَسَاءِ كَوَطْءِ الْحَائِضِ حَرَامٌ بِاتِّفَاقِ الْأَئِمَّةِ
“Menyetubuhi wanita nifas adalah sebagaimana wanita haidh yaitu haram berdasarkan kesepakatan para ulama.” (Majmu’ Al Fatawa, 21/624)

Menyetubuhi Wanita Haidh Termasuk Dosa Besar

Dalam hadits disebutkan,
مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوِ امْرَأَةً فِى دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم-
“Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haidh atau menyetubuhi wanita di duburnya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (HR. Tirmidzi no. 135, Ibnu Majah no. 639. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Al Muhamili dalam Al Majmu’ berkata bahwa Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haidh, maka ia telah terjerumus dalam dosa besar.” Ulama Syafi’iyah dan selainnya berkata bahwa barangsiapa yang menganggap halal menyetubuhi wanita haidh, maka ia dihukumi kafir. Barangsiapa yang melakukannya atas dasar tidak tahu adanya haidh, tidak tahu akan haramnya, lupa, atau dipaksa, maka tidak ada dosa untuknya dan tidak ada kafaroh. (Dinukil dari Al Majmu’, 2/359)

Apakah Ada Kafaroh dalam Hal Ini?

Para ulama berselisih pendapat kafaroh (tebusan) bagi orang yang menyetubuhi istrinya ketika haidh. Ada empat pendapat dalam masalah ini:

Pertama
, banyak memohon ampun pada Allah dan tidak ada kafaroh. Inilah pendapat Imam Malik, pendapat terbaru Imam Asy Syafi’i, ulama Zhohiriyah (Ibnu Hazm, cs), dan Abu Hanifah.

Kedua, bersedakah dengan satu dinar atau setengah dinar. Demikian pendapat Imam Ahmad bin Hambal dari dua pendapat beliau yang dinilai lebih kuat.

Ketiga, jika menyetubuhinya ketika masih keluar darah haidh, maka wajib bersedekah dengan satu dinar. Jika menyetubuhinya setelah darah berhenti (namun belum mandi wajib), maka wajib bersedekah dengan setengah dinar. Demikian dikatakan oleh sebagian ulama hadits.

Keempat,
bersedekah dengan 5 dinar. Demikian kata Al Auza’i.
Sebab perselisihan di atas karena penilaian keshahihan hadits Ibnu ‘Abbas. Dalam satu riwayat, Ibnu ‘Abbas memerintahkan bersedekah dengan satu dinar. Riwayat lain disebutkan dengan setengah dinar. Dalam hadits lainnya dirinci seperti pendapat ketiga di atas. Dalam hadits lainnya disebutkan kafaroh sebagaimana pendapat Al Auza’i. (Lihat Al Jaami’ Al Mufiid fii Asbaabi Ikhtilafil Fuqoha, Dr. ‘Abdul Karim Hamidi, 1/190-191)

Jumhur (mayoritas) ulama menganggap lemahnya (dhoifnya) hadits-hadits[1] yang membicarakan wajibnya sedekah karena menyetubuhi wanita haidh. Sehingga yang tepat, tidak ada kewajiban kafaroh (sedekah).[2] Kewajibannya adalah bertaubat (taubatan nasuha) dengan penuh penyesalan dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Karena ingat yang dilakukan adalah dosa besar sebagaimana dijelaskan di atas.

Bercumbu dengan Wanita Haidh


Boleh bercumbu dengan wanita haidh selama tidak melakukan jima’ di kemaluan. Dalam hadits disebutkan,
اصْنَعُوا كُلَّ شَىْءٍ إِلاَّ النِّكَاحَ
“Lakukanlah segala sesuatu (terhadap wanita haidh) selain jima’ (di kemaluan).” (HR. Muslim no. 302)

Dalam riwayat yang muttafaqun ‘alaih disebutkan,
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَتْ إِحْدَانَا إِذَا كَانَتْ حَائِضًا ، فَأَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يُبَاشِرَهَا ، أَمَرَهَا أَنْ تَتَّزِرَ فِى فَوْرِ حَيْضَتِهَا ثُمَّ يُبَاشِرُهَا . قَالَتْ وَأَيُّكُمْ يَمْلِكُ إِرْبَهُ كَمَا كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَمْلِكُ إِرْبَهُ

Dari 'Aisyah, ia berkata bahwa di antara istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang mengalami hadidh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin bercumbu dengannya. Lantas beliau memerintahkannya untuk memakai sarung agar menutupi tempat memancarnya darah haidh, kemudian beliau tetap mencumbunya (di atas sarung). Aisyah berkata, “Adakah di antara kalian yang bisa menahan hasratnya (untuk berjima’) sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menahannya?”
(HR. Bukhari no. 302 dan Muslim no. 293). Imam Nawawi menyebutkan judul bab dari hadits di atas, “Bab mencumbu wanita haidh di atas sarungnya”. Artinya di selain tempat keluarnya darah haidh atau selain kemaluannya.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
لَكِنْ لَهُ أَنْ يَسْتَمْتِعَ مِنْ الْحَائِضِ وَالنُّفَسَاءِ بِمَا فَوْقَ الْإِزَارِ وَسَوَاءٌ اسْتَمْتَعَ مِنْهَا بِفَمِهِ أَوْ بِيَدِهِ أَوْ بِرِجْلِهِ فَلَوْ وَطِئَهَا فِي بَطْنِهَا وَاسْتَمْنَى جَازَ . وَلَوْ اسْتَمْتَعَ بِفَخِذَيْهَا فَفِي جَوَازِهِ نِزَاعٌ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .

“Boleh bagi seorang suami mencumbu wanita haidh atau wanita yang mengalami nifas di atas sarungnya. Ia boleh mencumbunya dengan mulut, tangan atau kakinya. Seandainya ia menyetubuhinya di perutnya, lalu keluarlah mani, maka itu masih dibolehkan. Namun jika ia mencumbu istrinya pada kedua paha istrinya (belum sampai kemaluan, pen), maka tentang bolehnya diperselisihkan para ulama.” (Majmu’ Al Fatawa, 21/624)

Kapan Mulai Boleh Disetubuhi?


Penyebutan dalam ayat amatlah jelas, “Dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (QS. Al Baqarah: 222). Jadi barulah boleh menyetubuhi wanita haidh ketika darah haidhnya telah berhenti dan telah bersuci.
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Penyebutan dalam ayat ‘sampai wanita tersebut bersuci’, menunjukkan haramnya .... Haramnya menyetubuhi wanita haidh itu hilang dengan berhentinya darah haidh dan dibolehkan untuk menyetubuhinya dengan syarat wanita tersebut telah mandi.” (Majmu’ Al Fatawa, 21/625)

Bagaimana jika tidak mampu menggunakan air untuk wanita itu bersuci?

Sebagai ganti dari mandi adalah tayammum jika memang sulit mendapati air atau tidak bisa menggunakan air. Setelah bertayamum, suaminya boleh menyetubuhinya. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Adapun wanita haidh ketika darahnya berhenti, maka suaminya tidak boleh menyetubuhinya sampai ia mandi jika ia mampu mandi. Jika tidak mampu, maka sebagai gantinya adalah tayamum. Demikian pendapat jumhur ulama seperti Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam Asy Syafi’i.” (Majmu’ Al Fatawa, 21/624-625)
Semoga Allah selalu menambahkan pada kita ilmu yang bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.
-Alhamdulilahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat-

sumber :www.rumaysho.com

________________________________________
[1] HR. Abu Daud no. 264, An Nasai (1/153) dan Ibnu Majah no. 640.
[2] Lihat Al Jaami’ Al Mufid fii Asbabi Ikhtilafil Fuqoha, 1/191 dan Shahih Fiqh Sunnah, 1/212.

Jumat, 10 Juni 2011

Effective Communication Training

Indofood Learning Center baru-baru ini menyelenggarakan Training "Effective Communication" bagi karyawan dari indofood Group yang berlangsung dari tanggal 30-31 Mei 2011 di Indofood Tower lt.39 Jakarta.
Trainer materi "Effective Communication" dibawakan Bapak Sujarwo yang merupakan profesional learning fasilitator.
Dalam materi pengantarnya Bapak Sujarwo menyampaikan kepada peserta training bahwa pelatihan ini sangat penting karena begitu banyak permasalahan yang timbul dalam organisasi atau perusahaan disebabkan karena kegagalan seseorang atau bahkan pemimpin dalam melakukan komunikasi.
Semua materi dalam pelatihan ini dipersiapkan untuk memperbaiki dan meningkatkan cara komunikasi anda mengingat komunikasi merupakan mata rantai pemahaman yang mengikat anggota organisasi dari atas(pimpinan) ke bawah(anggota/bawahan),bawah ke atas dan dari arah samping(rekan kerja).Beberapa materi penting dalam training tersebut antara lain :
1.Memahami Dasar - dasar Komunikasi
Dasar - dasar komunikasi yang dibahas adalah :
. 1. Defenisi Komunikasi
Menurut Leagans "Komunikasi adalah proses pertukaran ide,informasi, dan ketertarikan antara dua orang atau lebih yang dilakukan sedemikian rupa sehingga mereka memiliki pemahaman yang sama. "
Sedangkan Menurut Howland "Komunikasi adalah suatu paksaan dimana salah satu individu menyampaikan rangsangan kepada individu lainnya untuk merubah perilakunya ."
Intinya komunikasi adalah terjadinya proses pertukaran ide,informasi, keputusan dan keterbukaan antara dua orang atau lebih sehingga mereka bisa saling pemahaman yang sama.

2. Pentingnya Komunikasi
Banyak permasalahan terjadi di dalam organisasi disebabkan karena seseorang gagal menjalin komunikasi .
Kegagalan Komunikasi menimbulkan banyak permasalahan seperti Kebingungan, Hilang kepercayaan, rencana berantakan atau rumor yang tidak terkendali.
Untuk itu mempelajari proses komunikasi sangat penting karena anda tentu melakukan coaching,konseling,kordinasi dan memimpin melalui proses ini.Intinya dapat dipahami bahwa Komunikasi merupakan rantai pemahaman yang mengikat anggota
organisasi dari atas ke bawah, bawah ke atas dan dari arah samping(rekan kerja). Yang disampaikan bisa berupa visi maupun aspirasi.

3. Jenis - jenis Komunikasi
1. Komunikasi Interpersonal ( Diri sendiri ) adalah tipe komunikasi dimana seseorang berinteraksi dengan dirinya sendiri .
Tipe Komunikasi ini bersifat Hakiki atau reflektif (introspeksi) atau bicara pada diri sendiri dan mengenali diri sendiri.
2. Komunikasi Interpersonal adalah tipe komunikasi dimana dua orang atau lebih saling berinteraksi dalam sebuah kelompok kecil.
Tipe Komunikasi ini yang paling sering kita lakukan,
3.Komunikasi Intergroup adalah tipe komunikasi dimana dua orang atau lebih group yang berbeda saling berinteaksi.
4.Komunikasi Massa adalah tipe komunikasi dimana pesan yang ingin disampaikan tujukan kepada banyak orang.

4.Proses Komunikasi
Berikut ini adalah proses komunikasi yang harus dilalui untuk mencapai pemahaman dalam komunikasi :

Msg : Message(Pesan) adalah pesan yang ada dalam pikiran pengirim ,pesan dapat berupa konsep,ide,informasi,maupun perasaan.
Encoding : adalah proses pembahasaan informasi /pesan . Keberhasilan pengiriman pesan tergantung pada kemampuan pengirim membahasakan
pesan dengan jelas dan sederhana, serta kemampuan mengantisipasi hambatan dalam komunikasi.
Channel : adalah saluran /media yang digunakan untuk komunikasi .Media dapat berupa tatap muka,video,surat, email,video conference,telp dsb,.
Decoding : adalah proses Penerjemahan informasi / pesan .Keberhasilan penerimaan pesan tergantung pada kemampuan penerima pesan memahami
keseluruhan informasi / pesan.
Receiver : adalah individu /kelompok yang menerima pesan anda.Setiap penerima pesan memiliki ide - ide dan perasaan yang mempengaruhi mereka
tentang pesan yang anda sampaikan.
Feedback : Penerima akan memberikan umpan balik ,sebagai reaksi Verbal dan Nonverbal atas pesan yang anda komunikasikan.Umpan balik
merupakan alat satu-satunya yang dapat mengindikasikan pemahaman mereka atas pesan anda.
Context : adalah situasi lingkungan yang terjadi saat pesan anda disampaikan,misalnya budaya perusahaan ,nilai norma yang berlaku,dsb.

5.Pengertian Komunikasi efektif
Komunikasi efektif : adalah bagaimana pesan anda diterima dengan jelas oleh orang lain dan bagaimana anda menerima informasi yang disampaikan oleh orang lain,dengan distorsi sesedikit mungkin .
Komunkasi yang efektif hanya dapat terjadi ketika 2 hal penting berlangsung :
1. Pengirim dapat mengekspresikan dengan jelas pemikiran dan perasaannya
2. Penerima mendengarkan dengan penuh perhatian dan memahami apa yang diekspresikan oleh pengirim.

6. Enam(6) langkah Menjadi pengirim Efektif
1. Mengenali lawan bicara ( karakter,apa yang mereka butuhkan, dan cara bagaimana anda mendekatinya)
Efektif 2. Tetapkan sasaran ( respon yang anda harapkan dari pesan yang anda sampaikan )
3. Dapatkan persetujuan ( Lawan bicara anda seharusnya condong pada pendapat anda,karena ia akan memilah berbagai pesan yang ia terima,Oleh karena itu ,yakinkan lawan bicara anda untuk mendapatkan persetujuannya.
4. Strategik ( Gunakan kata -kata,gambar - gambar , suara -suara yang dapat diterima lawan bicara anda .Tujuan utama anda adalah membuat mereka
mendengarkan anda.)
5.Buat mereka menerima ( Apakah pesan/informasi yang anda sampaikan dapat dipercaya.)
6.Buat mereka ingat ( Pesan / informasi yang anda sampaikan sebaiknya mudah untuk diingat , bisa dengan melakukan pengulangan atau penegasan.)

7. Dua (2 ) langkah menjadi penerima Efektif
1. Mendengarkan secara aktif ( berarti secara sadar penerima informasi berupaya : memperoleh informasi,arahan,mencari solusi permasalahan dan
Efektif memahami perasaan pengirim informasi).
2. Memberi respon/Feedback yang sesuai ( pengecekan pemahaman)Tujuan dari feedback adalah memastikan kebenaran dan pemahaman pesan/informasi yang diterima).
Memberi feedback berarti penerima informasi/pesan menerjemahkan kembali informasi yang disampaikan pengirim dengan mengulangi kembali informasi / pesan tsb.

8. 5 Kategori Respon/ Feedback Menurut Carl Rogers
1.Evaluative Respon/Feedback : Memberi penilaian mengenai baik, buruk dan kelayakan informasi yang diterimanya.
2.Interpretive Respon/Feedback : Menjelaskan dan menegaskan kembali maksud informasi/pesan yang diterima.
3.Supportive Respon / Feedback : Memberi respon dengan membantu, menyokong serta memperjelas informasi yang diterima.
4.Probing Respon/Feedback : Mencoba mendapatkan informasi dengan menggali lebih jauh melalui pertanyaan maupun mengajak diskusi lebih lanjut dan mengklarifikasi point-point yang dianggap penting.
5.Understanding Respon/Feedback : Selalu mencoba menemukan maksud keseluruhan yang sebenarnya dari informasi yang diterima,

9. Komunikasi non Verbal
Menurut Prof.Albert Mehrabian dari UCLA,efektifitas komunikasi lisan ditentukan oleh unsur - unsur :
1. Pilihan kata /kalimat
2. Para language ( bagaimana kata- kata itu diucapkan ,berkaitan dengan kemantapan,kejelasan,kenyaringan ,intonasi dan nada,dari pesan yang )anda sampaikan.)
3. Ekspresi dalam komunikasi (non verbal:gerak , cara memperhatikan )

10. unsur - unsur Non Verbal
1. Penampilan . Kesan pertama seseorang dinilai dari penampilannya bukan dari siapa dirinya.Sesuaikan pakaian anda dengan budaya dan karakter
penerima pesan.
2.Kontak mata . Mata adalah salah satu sarana penting untuk mengirim dan menerima pesan,menunjukkan rasa percaya diri,mengontrol dan membuat
hubungan emosi dengan penerima pesan. Kontak mata mengirimkan sinyal ketertarikan dan emosi.
3. Ekspresi . Menunjukkan perasaan dan pikiran anda .Gunakan ekspresi yang sesuai untuk mempertegas suatu point atau pesan tertentu yang anda
anggap penting untuk diingat oleh penerima pesan.,
4. Gestur .(Gerakan tubuh ) Gestur yang anda gunakan harus sesuai dengan pesan yang anda sampaikan dan jangan berlebihan menggunakannya.
Postur . Postur yang anda tampilkan harus memiliki maksud atau tujuan tertentu.

11.Hambatan - hambatan dalam Komunikasi/Barrier in Communication
1. Lingkungan sekitar adalah hal-hal dan kondisi lingkungan yang merintangi kejelasan komunikasi misalnya ; cahaya silau, bising dll.
2. Latar belakang dan Budaya . Kita seringkali membiarkan masa lalu ataupun pengalaman kita menerjemahkan pesan yang kita terima, padahal kita sadar telah mengubah makna dari pesan tersebut.
3. Diri sendiri. Fokus pada diri sendiri dapat menimbulkan kebingungan dan konflik . Hal ini biasanya disebabkan karena kita melakukan pertahanan
diri karena merasa lebih tua,atau merasa orang lain menyerang kita,dsb.
4. Persepsi . Prasangka kita mempengaruhi kemampuan kita untuk mendengarkan. Kita cenderung tidak pernah mengkritik seseorang yang statusnya lebih tinggi daripada kita dan mengabaikan orang lain yang statusnya lebih rendah.
5. Kata - kata. Kesalahpahaman terjadi saat kata - kata yang digunakan pengirim informasi berbeda dengan yang biasa kita gunakan atau kita sukai.
Sehingga kita terfokus pada kata - kata bukan pada ide dari suatu pesan /informasi yang disampaikan pada kita.
6. Stress . Seseorang tidak dapat melihat dan mendengar segala sesuatu dengan jernih saat berada dalam kondisi stress. Ketika seseorang mengalami stress ia mengalami kesulitan untuk fokus karena memikirkan banyak hal.
7. Alur terlalu panjang. Saat pesan/informasi disampaikan melalui beberapa orang atau tahapan ,kemungkinan besar telah mengalami berbagai distorsi.
Distorsi tersebut menyebabkan kerancuan dan bahkan penyelewengan dari pesan/informasi yang sebenarnya.
8. Pesan Terlalu Panjang. Pesan /informasi yang disampaikan terlalu panjang atau menyebabkan ketidakefektifan. Pesan yang bertele - tele membuat
penerima kehilangan mood / gairah untuk mendengarkan dan membingungkan.
9. Tergesa - gesa. Pesan /informasi yang disampaikan dengan tergesa - gesa dapat dipastikan penerima bingung dan tidak mengerti. Sehingga
pesan / informasi yang disampaikan seringkali tidak mencapai sasarannya dan tidak mendapatkan respon.
10. Minimnya persamaan. Semakin sedikitnya persamaan cara pandang dan alur berfikir antara pengirim dan penerima pesan maka kegagalan dan kebuntuan dalam komunikasi akan semakin mungkin terjadi.

12.Menghilangkan Hambatan Dalam Komunikasi/Removing in Communication
1. Komunikasikan Dalam Kelompok Kecil. Tidak ada salahnya melakukan komunikasi dalam kelompok yang lebih kecil untuk memastikan pesan /informasi yang ingin anda sampaikan dapat mudah diterima dan dipahami. Bicaralah gamblang dan spesifik dalam kelompok kecil.
2.Gunakan Bahasa Sederhana. Gunakan bahasa yang sederhana , sopan dan dipahami semua lawan bicara anda. Nyatakan pesan anda dengan singkat dan jelas, hindari penyampaian pesan yang samar - samar atau bertele - tele.
3. Perbanyak Persamaan . Bangunlah persamaan persepsi dengan lawan bicara anda dengan memperbanyak persamaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan persetujuan maupun ketertarikan anda terhadap gagasan, ide dan cara pandang orang lain.
4. Gunakan Sarana Lain. Gunakan media komunikasi lainnya jika diperlukan untuk memastikan pesan/informasi yang ingin anda sampaikan dipahami oleh lawan bicara anda.
5. Posisikan Diri Anda Pada Diri Orang Lain ( Empati ). Selalu tempatkan posisi anda pada posisi lawan bicara anda ; apa yang mudah diterima, apa yang tidak, pendekatan apa yang akan anda gunakan.
6. Tetap Mendengarkan. Tanyakan lawan bicara anda apakah ia mengerti apa yang anda bicarakan, ini penting untuk mengecek pemahaman mereka.Beri kesempatan lawan bicara anda untuk memberi komentar atau mengajukan pertanyaan.

13. Kesan Pertama Yang Mengesankan
Dibutuhkan hanya sekilas, mungkin tiga detik bagi seseorang untuk mengevaluasi anda ketika anda bertemu untuk pertama kalinya. Hal ini berupa pendapat orang lain tentang anda didasarkan pada penampilan,bahasa tubuh, sikap dan perilaku anda.
Tips Untuk Menciptakan Kesan Pertama Yang Mengesankan sebagai berikut :
1. Pakaian yang anda kenakan. Gunakan pakaian yang sesuai dengan budaya dan karakter pendengar anda. Gunakan pakaian yang membuat anda merasa nyaman dan percaya diri.
2.Tepat Waktu . Orang yang anda temui untuk pertama kalinya tidak tertarik mendengar alasan apapun yang menyebabkan anda terlambat.Datanglah lebih awal untuk menciptakan kesan pertama.
3.Tampilkan Diri Anda Secara Tepat. Anda harus bisa menyesuaikan diri dalam berbagai situasi tanpa menghilangkan jati diri anda.tampil profesional.
4.Tersenyum . Tersenyum hangat dan percaya diri akan membuat anda dan orang lain nyaman. Jadi tersenyum adalah satu cara mendapatkan kemenangan pada kesan pertama. Tapi jangan berlebihan karena akan terlihat tidak tulus atau dibuat - buat.
5. Percaya Diri Dan Terbuka. Gunakan bahasa tubuh untuk menunjukkan kepercayaan diri anda,berdiri tegak,senyum maupun saat berjabat tangan.
6. Percakapan Ringan. Siapkan beberapa menit untuk mempelajari sesuatu tentang orang yang anda temui untuk pertama kalinya.persiapkan pertanyaan - pertanyaan . Misalnya Apakah ia bermain golf? Dsb.
7. Bersikap positif . Tampilkan sikap positif ,bahkan dalam menghadapi kritik maupun saat anda gugup. Dan menjaga sikap optimis.
8. Sopan Dan Perhatian.
Demikian beberapa ringkasan materi yang disampaikan trainer Bapak sujarwo.Untuk lebih lengkap dan jelasnya sebaiknya anda dapat langsung mengikuti training di Indofood Learning Center.
Terimakasih.

Sumber : Indofood Learning Center in pursue of excellence.

COMMENTS

KATA-KATA MUTIARA

Photobucket

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons